Selasa, 20 September 2011

Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua)







BIRRUL WALIDAIN (BERBAKTI KEPADA ORANG TUA)

1. PENDAHULUAN
Kedudukan kewajiban tentang berbakti kepada orang tua.
1.) Kewajiban untuk tidak mempersekutukan Allah ( syirik).
2.) Berbakti pada orang tua (birrul walidain).
Ø  “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23) - atau di surat (QS. An Nisa’ [4]: 36).
Ø  Anas r.a. berkata: Ketika Nabi saw. ditanya tentang dosa-dosa besar, maka jawabnya,  "Syirik mempersekutukan Allah, dan durhaka terhadap kedua ayah bunda, membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu."  (Bukhari, Muslim).
Ø  Dari Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Saw, "Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Saw, "Shalat tepat pada waktunya," Saya bertanya, "Kemudian apa lagi?," Bersabda Rasulullah Saw, "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi, "Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Saw bersabda, "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).

2. KEUTAMAAN ORANG TUA
Ø  "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS. Luqman [31]: 14)
Ø  Dari Abu Hurairah ra. berkata: "Ada seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya pergauli dengan sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu". la bertanya: "Kemudian siapa?" Beliau menjawab : "Ibumu". la bertanya : "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Ibumu". la bertanya lagi: "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Ayahmu". (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Ø  Rasulullah Saw bersabda (artinya) : "Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua"  (Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shahih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516).
Ø  Ada seorang datang kepada Nabi Saw. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi Saw bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?" Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Saw bersabda, "Untuk kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih)

3. DAMPAK-DAMPAK SIKAP TERHADAP ORANG TUA

3.1. BILA BERBAKTI
Ø  Allah SWT berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya, "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf [46]: 15-16)
Ø  Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah Saw ditanya, "Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Saw, "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1758, ringkasan).
Ø  Dari Abi Umamah ia berkata: “Ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, apakah hak kedua orang-tua atas anak mereka?” Rasulullah Saw bersabda: ”Keduanya (merupakan) surgamu dan nerakamu.” (HR Ibnu Majah)
Ø  Kisah salah satu pemuda yang terkurung di dalam gua.

3.2. BILA DURHAKA
Ø  Ada dua perbuatan dosa yang siksanya dipercepat di dunia ini, yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua." (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
Ø  “Ada tiga doa yang pasti dikabulkan tanpa ada keraguan padanya : doanya orang yang terdholimi, doanya seorang musafir dan doa jeleknya orang tua pada anaknya.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud No.1536, dan Imam At-Tirmidzi No. 3442. Imam At-Tirmidzi mengatakan : hadits hasan. Imam Suyuti pada kitab Al Jami’ Ash Shoghir memberinya tanda shahih)
Ø  Kisah Al Qamah kisah Malin Kundang.

4. CARA BERBAKTI PADA ORANG TUA
·          Al Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari ayahnya, Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia membawa ibunya thawaf. Lalu ia bertanya kepada Nabi SAW, “Apakah aku telah menunaikan haknya?” Nabi SAW menjawab, “Tidak, meskipun untuk satu tarikan nafas kesakitan saat melahirkan.”

4.1. KETIKA MASIH HIDUP
4.1.1. Mentaati selama bukan maksiat
Ø  "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman [31]: 15)
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ
Ø  “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat ‘Ali bin Abi Thalib ra.)
Ø  Kisah Sa'ad bin Abi Waqash ra.
4.1.2. Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut (QS. Al Israa' [17]: 23-24)
4.1.3. Membantu dengan jiwa, harta, dsb.
Ø  "Ibu dan Bapak berhak makan dari harta milik anak mereka dengan cara yang makruf. Seorang anak tidak boleh makan dari harta ibu bapaknya kecuali dengan ijin mereka." (HR. Ad-Dailami).
4.1.4. Tidak boleh menghinanya (termasuk menghina orang tua orang lain)
Ø  Nabi Saw pernah bersabda : “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci-maki kedua orang tuanya,” para sahabat bertanya,”Bagaimana seseorang bisa mencaci-maki kedua orang tuanya?” maka beliau menjawab : “Dia mencaci-maki ayah orang lain, lalu orang lain itu mencaci maki kembali orang tuanya”. (HR. Bukhari & Muslim)

4.2. KETIKA SUDAH MENINGGAL
·          Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah as-Sa'idi. Ketika kami sedang duduk di samping Rasulullah, tiba-tiba datang seseorang lelaki Bani Salamah kepada beliau lalu bertanya, "Wahai Rasullullah, masih adakah kebajikan yang dapat aku lakukan untuk kedua ibu bapakku sesudah keduany meninggal dunia?" Beliau bersabda, "Masih, yaitu engkau doakan keduanya, engkau mintakan ampun, engkau tunaikan janji mereka sesudah mereka tiada dan engkau sambung kekeluargaan yang mereka tinggalkan serta engkau muliakan sahabat-sahabatnya semasa mereka hidup." (HR. Abu Dawud)
4.2.1 Mendoakannya dan memintakan ampun
Ø  Dari Abu Hurairah ra., Nabi Muhammad saw. bersabda, "Apabila seseorang meninggal dunia, maka pahala amalnya akan terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak shalih yang mendoakan orang tuanya." (HR. Muslim)
Ø  Do'a, "Allaummaghfirli wali walidayya war hamhuma kamaa rabbayani saghiira..."
4.2.2. Tunaikan janji mereka.
4.2.3. Sambung kekeluargaan yang ditinggalkannya.
Ø  Rasulullah SAW bersabda “ Barang siapa yang suka dipanjangkan umurnya dan ditambah rizkinya, hendaknya bertaqwa kepada Allah dan menyambung sanak kerabat” (HR. Bukhari)
4.2.4. Muliakan sahabat-sahabatnya semasa mereka hidup.
Ø  Sebagaimana hadits Nabi Saw dari sahabat Abdullah bin Umar Ra, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]

- berbagai sumber - 
Untuk mendengar & download ceramah terkait birrul walidain bisa diklik di link berikut; kajian.net


Senin, 19 September 2011

SENI DAN KREATIFITAS

Akhir-akhir ini sempat marak dibicarakan masalah undang-undang pornografi di tengah masyarakat. Gue sempat ngedenger beberapa seniman seperti (tanpa maksud merendahkan) pelukis maupun fotografer yang protes akan hal ini, karena mereka pikir hal itu dapat membatasi mereka dalam berkreasi. Selama ini mereka hidup dari seni yang (mungkin) objeknya adalah keindahan tubuh wanita tanpa busana. Mereka berdalih bahwa itu adalah masalah rasa dan pemikiran. Jika kita tidak berpikiran kotor, maka hal itu menjadi sah-sah saja menurut mereka tergantung dari sudut mana kita melihat unsur pornografi suatu objek terutama dari kacamata seni. Begitu pula dengan para seniman yang mereka berdalih bahwa minuman keras dan narkotika bisa menambah daya kreatifitas mereka, maka jika mereka dilarang mengkonsumsinya, maka hal itu telah membatasi inspirasi dan kreatifitas mereka dalam berkarya.
Menurut gue (sebagai orang yang sok tau), seniman bisa dikatakan kreatif itu justru ketika mereka bisa membuat sesuatu yang kurang menarik menjadi menarik. Mereka tidak terbatas hanya pada objek yang secara alamiah menimbulkan syahwat dan fitnah seperti yang gue singgung di atas. Wanita (maaf) telanjang, baik itu dari kacamata seni maupun kacamata orang awam, adalah sesuatu yang pasti menarik perhatian dan mengundang birahi (kecuali bagi orang yang gak normal kali yee..). Tujuan mereka memang bukan untuk menampilkan sisi porno dari suatu objek atau apapun, namun tujuan yang baik tidak bisa membuat hal buruk menjadi baik.
Begitu juga dengan alat yang bisa merangsang kreatifitas dan inspirasi, tidak selalu berasal dari barang-barang haram di atas. Itu hanya sebuah pemandangan sempit tentang bagaimana mereka mendapatkan sumber inspirasi, karena (bahkan) dari sebuah benda yang tidak begitu penting seperti batu saja misalnya, bisa menimbulkan ilham atau inspirasi. Menurut gue itu cuma excuse buat ngedukung dan nge-justify kebiasaan buruk mereka di dunia saja. Kalau mereka memang kreatif, harusnya lahir kreatifitas mereka itu dari buah pemikirannya sendiri tanpa bantuan alat apapun.
Sebenarnya mereka sendirilah yang telah membatasi kreatifitasnya. Buat gue kreatif itu bisa lahir dari keadaan yang dibatasi, tetapi mereka bisa mencari jalan keluar untuk membuat yang terbatas itu menjadi tidak terbatas. Jangan cuma ngandelin nama kebebasan berekspresi dalam seni dan berkreatifitas.
“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan ALLAH, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan ALLAH kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan ALLAH), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ALLAH menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik,” (Q.S. Al-Ma’idah: 49). Apakah kebebasan dalam mengekspresikan seni itu membolehkan seniman melakukan apa aja sesuai hawa nafsu mereka? Lantas di mana letak kreatifitas mereka?