Akhir-akhir ini sempat marak dibicarakan masalah undang-undang pornografi di tengah masyarakat. Gue sempat ngedenger beberapa seniman seperti (tanpa maksud merendahkan) pelukis maupun fotografer yang protes akan hal ini, karena mereka pikir hal itu dapat membatasi mereka dalam berkreasi. Selama ini mereka hidup dari seni yang (mungkin) objeknya adalah keindahan tubuh wanita tanpa busana. Mereka berdalih bahwa itu adalah masalah rasa dan pemikiran. Jika kita tidak berpikiran kotor, maka hal itu menjadi sah-sah saja menurut mereka tergantung dari sudut mana kita melihat unsur pornografi suatu objek terutama dari kacamata seni. Begitu pula dengan para seniman yang mereka berdalih bahwa minuman keras dan narkotika bisa menambah daya kreatifitas mereka, maka jika mereka dilarang mengkonsumsinya, maka hal itu telah membatasi inspirasi dan kreatifitas mereka dalam berkarya.
Menurut gue (sebagai orang yang sok tau), seniman bisa dikatakan kreatif itu justru ketika mereka bisa membuat sesuatu yang kurang menarik menjadi menarik. Mereka tidak terbatas hanya pada objek yang secara alamiah menimbulkan syahwat dan fitnah seperti yang gue singgung di atas. Wanita (maaf) telanjang, baik itu dari kacamata seni maupun kacamata orang awam, adalah sesuatu yang pasti menarik perhatian dan mengundang birahi (kecuali bagi orang yang gak normal kali yee..). Tujuan mereka memang bukan untuk menampilkan sisi porno dari suatu objek atau apapun, namun tujuan yang baik tidak bisa membuat hal buruk menjadi baik.
Begitu juga dengan alat yang bisa merangsang kreatifitas dan inspirasi, tidak selalu berasal dari barang-barang haram di atas. Itu hanya sebuah pemandangan sempit tentang bagaimana mereka mendapatkan sumber inspirasi, karena (bahkan) dari sebuah benda yang tidak begitu penting seperti batu saja misalnya, bisa menimbulkan ilham atau inspirasi. Menurut gue itu cuma excuse buat ngedukung dan nge-justify kebiasaan buruk mereka di dunia saja. Kalau mereka memang kreatif, harusnya lahir kreatifitas mereka itu dari buah pemikirannya sendiri tanpa bantuan alat apapun.
Sebenarnya mereka sendirilah yang telah membatasi kreatifitasnya. Buat gue kreatif itu bisa lahir dari keadaan yang dibatasi, tetapi mereka bisa mencari jalan keluar untuk membuat yang terbatas itu menjadi tidak terbatas. Jangan cuma ngandelin nama kebebasan berekspresi dalam seni dan berkreatifitas.
“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan ALLAH, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan ALLAH kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan ALLAH), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ALLAH menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik,” (Q.S. Al-Ma’idah: 49). Apakah kebebasan dalam mengekspresikan seni itu membolehkan seniman melakukan apa aja sesuai hawa nafsu mereka? Lantas di mana letak kreatifitas mereka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar